Akhir-akhir ini isu kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak banyak dibicarakan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari Ibu-Ibu dan tukang sayur langganannya, Bapak-bapak yang nongkrong di Pos, tukang ojek, supir taksi dan angkot, pekerja kantoran, pelajar, mahasiswa sampai elit politik dan pengamat politik. Adu argumen dan pendapat, baik dukungan maupun penolakan keluar dari mulut mereka.
Seperti yang terjadi di Minggu sore, di tengah teriknya matahari dan panasnya cuaca Jakarta yang mencapai 35° Celcius, dengan bertelanjang dada, Saya dan segelintir kaum lelaki di sebuah perumahan berusaha mencari angin dan berkumpul di pos siskamling. Seteko es teh manis dan sebuah kipas angin yang terus berputar menemani kami.
Obrolan kami yang semula membicarakan perubahan ekstrim cuaca, mulai berubah topik menjadi kenaikan BBM ketika masuk sebuah pesan broadcast di BBm saya. Pesan ini berisi ajakan dari politikus wanita Rieke Dyah Pitaloka untuk menolak kenaikan BBM di Indonesia. Pesan ini menjadi sangat menarik karena berisi mengenai data-data dan hasil analisa mengenai tidak perlunya terjadi kenaikan harga BBM di Indonesia.
Begini isi pesannya “ Saya Rieke Dhyah Pitaloka, sekedar mengingatkan delapan hari lagi adalah keputusan kenaikan harga BBM. Salah satu argumen SBY, kenaikan tersebut adalah untuk menyelamatkan APBN supaya tidak jebol. Berikut saya sampaikan data yang tidak pernah SBY sampaikan kepada rakyat, hitungan yang sesungguhnya bahwa dengan tidak mengurangi subsidi dan tidak menaikkan harga BBM sebetulnya APBN tidak Jebol.
Berikut data yang saya kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari para ekonom yang tidak bermahzab neolib:
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milliar liter dengan harga Rp.4,500.- yang hasilnya Rp.283,5 Trilyun.
2. Pertamina harus import dari pasar internasional Rp.149,887 Trilyun.
3. Pertamina membeli dari pemerintah Rp.224,546 Trilyun.
4. Pertamina mengeluarkan uang LRT 63 Milyar Liter @Rp.566,- = Rp.35,658 Trilyun
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp.410,091 Trilyun
6. Pertamina kekurangan uang, maka pemerintah membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini disebut subsidi
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (Subsidi) = Jumlah pengeluaran pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia. Yaitu, Rp.410,091 Trilyun – Rp.238,5 Trilyun = Rp.126,591 Trilyun.
8. Tapi perlu diingat pemerintah juga memperoleh hasil penjualan kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp.224,546 Trilyun. Catatan penting: Hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat.
9. Maka kesimpulanya adalah pemerintah malah kelebihan uang yaitu sebesar, perolehan hasil penjualan ke pertamina – Subsidi = Rp.224,546 Trilyun – Rp.126,591 Trilyun = Rp. 126,591 Trilyun. Artinya APBN tidak jebol. Justru saya bertanya dimana sisa uang keuntungan SBY jual BBM sebesar Rp. 97,055 Trilyun?
Bantu sebarkan pesan ini agar seluruh rakyat bisa tahu”.
Berikut data yang saya kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari para ekonom yang tidak bermahzab neolib:
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milliar liter dengan harga Rp.4,500.- yang hasilnya Rp.283,5 Trilyun.
2. Pertamina harus import dari pasar internasional Rp.149,887 Trilyun.
3. Pertamina membeli dari pemerintah Rp.224,546 Trilyun.
4. Pertamina mengeluarkan uang LRT 63 Milyar Liter @Rp.566,- = Rp.35,658 Trilyun
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp.410,091 Trilyun
6. Pertamina kekurangan uang, maka pemerintah membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini disebut subsidi
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (Subsidi) = Jumlah pengeluaran pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia. Yaitu, Rp.410,091 Trilyun – Rp.238,5 Trilyun = Rp.126,591 Trilyun.
8. Tapi perlu diingat pemerintah juga memperoleh hasil penjualan kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp.224,546 Trilyun. Catatan penting: Hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat.
9. Maka kesimpulanya adalah pemerintah malah kelebihan uang yaitu sebesar, perolehan hasil penjualan ke pertamina – Subsidi = Rp.224,546 Trilyun – Rp.126,591 Trilyun = Rp. 126,591 Trilyun. Artinya APBN tidak jebol. Justru saya bertanya dimana sisa uang keuntungan SBY jual BBM sebesar Rp. 97,055 Trilyun?
Bantu sebarkan pesan ini agar seluruh rakyat bisa tahu”.
Setelah saya membacakan BBm tersebut kepada kawan-kawan, berbagai pendapat masuk, mereka rame-rame menggelengkan kepala. Apabila data yang diberikan ini benar maka sangat dzalim sekali pemerintah kepada rakyatnya. Bayangkan uang sebesar Rp. 97,055 trilyun yang katanya tidak diketahui kemana mengalirnya, apabila digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik transportasi, kesehatan, maupun pendidikan kami yakin “seyakin-yakinnya” kehidupan rakyat Indonesia akan naik satu tingkat, syukur-syukur menjadi sejahtera. Tetapi dengan catatan itu tidak dikorupsi!
Kenaikan BBM menurut kami sudah menunjukkan dampaknya, dimana Istri, Ibu kami, bahkan pembantu sudah mulai mengeluh kepada suami, anak-anaknya, dan majikan. Alih-alih tukang sayurpun kena protes dan demo dari kaum wanita ini, karena harga kebutuhan pokok sudah mengalami kenaikan, padahal kenaikan harga BBM baru sebuah rencana dan wacana pemerintah saja.
Namun, ternyata si tukang sayur pintar berdiplomasi, dengan entengnya dia menanggapi keluhan kaum wanita yang menjadi pelanggannya. Ia berkata bahwa kenaikan harga kebutuhan pokok ini bukan karena rencana kenaikan harga BBM namun lebih kepada kenaikan gaji PNS dan karyawan swasta lainnya, yang disinyalir sudah terjadi di bulan ketiga tahun 2012 ini.
Walhasil, kaum wanita menyerang balik, cemberut dan mengeluh kepada kami yang bekerja, kecurigaan pun terjadi, dianggap oleh mereka kami melakukan tindakan korupsi gaji. Padahal kami tidak pernah atau mungkin belum merasakan kenaikan gaji tersebut.
Hadeuh,,, apakah pemerintah tahu kalau kenaikan BBM tidak saja berdampak kepada perekonomian rakyat namun juga kepada menurunnya keharmonisan rumah tangga rakyat.
Sedang asyik membahas penolakan terhadap kenaikan BBM yang akan dilakukan pemerintah, tiba-tiba masuk kembali sebuah pesan broadcast di BBm saya. Wah… kali ini isinya mengenai dukungan terhadap rencana dan pengesahan keputusan naiknya harga BBM di Indonesia.
Begini pesannya “Kenapa BBM mesti naik?, Seputar pembuatan minyak, pernah kepikir nggak kenapa sih bensin itu mahal? *sekedar wawasan biar pikiran terbuka*. Ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan harga BBM:
1. Harga minyak mentah dunia meroket guys! Lebih dari 100 US Dollar per barel. Indonesia memang penghasil minyak, tapi pada tau nggak kalo yang kuasain sumur-sumur itu kebanyakan perusahaan luar? Jadi kalo pertamina mau olah itu minyak juga harus beli. Makanya harga minyak mentah pengaruh banget ma harga bensin kita. Kita juga import Arabian Crude oil buat produksi oli pelumas dan lilin serta aspal.
2. Pengolahan crude jadi bensi membutuhkan dana yang besar. Selain sulit, harus di destilasi dan di stripping, dia juga butuh reforming (penaikan bilangan oktan). Dan itu mahal dibutuhkan katalis yang harganya satu drum Rp.300juta padahal di reaktor ada 700m3 yang berarti membutuhkan ratudan drum katalis. Dan itu harus diganti setiap bulan minimal satu drum. Belum lagi membutuhkan daya besar untuk membangkitkan energy pabrik.
3. Jadi, kalo harganya perliter itu Rp.6000,- sudah termasuk murah. Bayangkan saja harga mentahnya aja 100 US Dollar per barel (1 barel=160 liter) yang artinya perliter Rp.5,600.-. Harusnya harga bensin itu Rp.11,000.- agar pabrik untung. Emang kita disubsidi sama pemerintah, tapi apa iya mau manja-manjaan melulu? Nggak malu? Udah begitu protes mulu, Be Smart ya..
4. Kalo tidak tau gimana susahnya buat bensin nggak usah berkoar-koar protes kenaikan BBM. Yang berkoar-koar itu jangankan ngerti suruh buat bensin, pengertian bensin aja belum paham.
5. Be Smart ya, jadilah bangsa Indonesia yang cerdas. Bantu pemerintah kita, jangan protes aja bisanya. Buat yang punya kendaraan roda empat, membeli kendaraan ratusan juta saja mampu, masa membeli pertamax yang Rp.9,500,- an saja ndak mampu. Maunya disamain sama rakyat jelata yang disubsidi melulu.
Teruskan pesan ini biar mahasiswa yang mengaku intelek mengerti”
1. Harga minyak mentah dunia meroket guys! Lebih dari 100 US Dollar per barel. Indonesia memang penghasil minyak, tapi pada tau nggak kalo yang kuasain sumur-sumur itu kebanyakan perusahaan luar? Jadi kalo pertamina mau olah itu minyak juga harus beli. Makanya harga minyak mentah pengaruh banget ma harga bensin kita. Kita juga import Arabian Crude oil buat produksi oli pelumas dan lilin serta aspal.
2. Pengolahan crude jadi bensi membutuhkan dana yang besar. Selain sulit, harus di destilasi dan di stripping, dia juga butuh reforming (penaikan bilangan oktan). Dan itu mahal dibutuhkan katalis yang harganya satu drum Rp.300juta padahal di reaktor ada 700m3 yang berarti membutuhkan ratudan drum katalis. Dan itu harus diganti setiap bulan minimal satu drum. Belum lagi membutuhkan daya besar untuk membangkitkan energy pabrik.
3. Jadi, kalo harganya perliter itu Rp.6000,- sudah termasuk murah. Bayangkan saja harga mentahnya aja 100 US Dollar per barel (1 barel=160 liter) yang artinya perliter Rp.5,600.-. Harusnya harga bensin itu Rp.11,000.- agar pabrik untung. Emang kita disubsidi sama pemerintah, tapi apa iya mau manja-manjaan melulu? Nggak malu? Udah begitu protes mulu, Be Smart ya..
4. Kalo tidak tau gimana susahnya buat bensin nggak usah berkoar-koar protes kenaikan BBM. Yang berkoar-koar itu jangankan ngerti suruh buat bensin, pengertian bensin aja belum paham.
5. Be Smart ya, jadilah bangsa Indonesia yang cerdas. Bantu pemerintah kita, jangan protes aja bisanya. Buat yang punya kendaraan roda empat, membeli kendaraan ratusan juta saja mampu, masa membeli pertamax yang Rp.9,500,- an saja ndak mampu. Maunya disamain sama rakyat jelata yang disubsidi melulu.
Teruskan pesan ini biar mahasiswa yang mengaku intelek mengerti”
Hehehe…membaca pesan di atas kami jadi tertawa, ternyata perang opini mengenai kenaikan BBM sudah memasuki ranah pribadi di BBm melalui broadcast. Kami mencoba menelaah pesan terakhir yang mendukung kenaikan BBM.
Naiknya harga minyak mentah di dunia diakibatkan oleh sikap Amerika terhadap Iran, jadi kami menyimpulkan Amerika biang semuanya ini. Seandainya tidak ada embargo ekonomi dan pelarangan pembelian minyak dari Iran tentunya harga minyak akan stabil. Selain itu belum maksimalnya produksi minyak mentah di negara-negara timur tengah yang telah dihancurkan oleh Amerika juga menyebabkan langkanya pasokan minyak mentah.
Kami tertawa geli namun tidak menyangkal mengenai pernyataan pada pesan tersebut yang menyebutkan sumber-sumber minyak di Indonesia banyak diolah dan dikuasai perusahaan asing. Perlu kita ingat, seandainya pemerintah membatasi kepemilikan hak usaha kelola minyak mentah terhadap asing dan memberikannya kepada Pertamina sebagai sumber BBM dalam negeri, maka niscaya kita tidak perlu membeli dan mengimport minyak mentah dari pihak lain. Jadi ini pada dasarnya masih merupakan andil pemerintah. Jadi seperti lagu dangdut kau yang memulai kau yang mengakhiri hehehe..
Pesan tersebut juga membahas mengenai mahalnya biaya produksi minyak mentah agar dapat menjadi minyak konsumsi. Perlu diingat mahalnya harga produksi juga diikuti dengan jumlah produksi yang besar sehingga apabila di bagi ke dalam jumlah liter, harga produksi masih minim. Hal ini dibuktikan dengan harga minyak non subsidi yang masih dibawah Rp.10,000.-, padahal harga tersebut sudah mengandung keuntungan tersendiri.
Be smart selalu di ingatkan oleh pesan ini, maka kami balikkan be smart wahai pembuat pesan ini, kenapa? Karena BBM merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Subsidi dan menjaga kestabilan harga BBM sudah merupakan kewajiban dari Pemerintah. Lagipula Subsidi itu berasal dari rakyat juga, dari pajak yang dikumpulkan. Subsidi pada BBM dimaksudkan untuk membantu mereka yang kurang mampu. Kalau subsidi dikurangi maka dikemanakan uang rakyat? Maka yang semakin sengsara adalah rakyat yang kurang mampu.
Nanti akan ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat kurang mampu. Waduh, Rp.150ribu untuk satu bulan? Yakin bisa mengurangi kesengsaraan mereka yang kurang mampu. Seminggu saja tidak cukup dengan besaran itu.
Harga BBM kita termurah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapore dan Malaysia. Helloooo… Kami tanyakan sejahteraan mana rakyat Singapore, Malaysia dan Indonesia. Mereka sejahtera makanya tidak masalah dengan harga BBMnya.
Kami di pos ini hanya bisa membahas-membahas dan membahas, setiap pendapat kami rakyat biasa ini tidak akan pernah didengarkan. Wacana hanyalah wacana..!!
Kami hanya berharap pemerintah mengambil jalan terbaik untuk menentukan kehidupan rakyatnya. Apabila memang harus naik, mohon subsidinya dialihkan untuk pembangunan infrastruktur vital seperti pendidikan, kesehatan, transportasi dan lapangan pekerjaan sehingga rakyat dapat sejahtera. Syukur-syukur dibatalkan kenaikan harga BBM itu sehingga rumah tangga kami harmonis dan tidur pun nyenyak.
0 komentar:
Posting Komentar